Ekspedisi Belanda pertama ke Nusantara, dipimpin oleh Cornelis de Houtman pada tahun 1595, disajikan sebagai upaya dagang murni. Namun, jauh di lubuk hati Para Pelaut dan para pemodal di balik Compagnie van Verre, tersimpan yang lebih besar. Tujuan sejatinya adalah mematahkan monopoli perdagangan rempah-rempah yang selama ini dikuasai Portugis.
Tersulut oleh ambisi dan kerugian finansial, Para Pelaut Belanda didorong oleh “Sumpah” tak tertulis untuk menemukan rute langsung ke . Catatan rahasia yang diperoleh dari Lisbon, khususnya oleh Jan Huygen van Linschoten, menjadi panduan vital. Ini adalah perlombaan maritim melawan waktu dan musuh Eropa lainnya.
Perjalanan yang ditempuh oleh ini penuh penderitaan dan gejolak. Kekurangan makanan, wabah penyakit, dan perselisihan internal menyebabkan banyak korban jiwa. Keberanian dan keteguhan Para Pelaut di tengah kondisi yang keras menjadi penentu keberhasilan ekspedisi ini dalam mencapai pelabuhan Banten, yang kaya akan lada.
Meskipun Cornelis de Houtman gagal membangun hubungan baik dan diusir dari Banten karena perilaku kasarnya, Para Pelaut yang tersisa berhasil membawa pulang muatan rempah yang cukup berharga. Hasil ini membuktikan bahwa rute pelayaran baru yang melewati Tanjung Harapan adalah layak dan dapat diulang.
Kesuksesan ekspedisi pertama Para Pelaut ini memicu gelombang pelayaran dagang lainnya dari Belanda. Misi yang mulanya hanya dagang dengan cepat berubah menjadi ambisi politik untuk mengendalikan wilayah. Inilah titik awal dari kolonialisme dan pembentukan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602.
VOC kemudian mengambil alih dan menggabungkan semua upaya Para Pelaut swasta di bawah satu bendera, memperkuat monopoli dan memiliterisasi operasi dagang mereka. Dari sekadar mencari rempah, tujuan Para Pelaut berubah menjadi upaya penguasaan politik, yang diwujudkan melalui pendirian pos dagang yang bersifat militer.
Maka, Sumpah Para Pelaut untuk menemukan rempah-rempah pada akhirnya melahirkan era baru dominasi di Nusantara. Motivasi ekonomi yang kuat, dibalut dengan keberanian navigasi, secara tragis membuka jalan bagi sistem penjajahan yang menyengsarakan rakyat Indonesia selama berabad-abad.