Bus kota, yang seharusnya menjadi solusi transportasi publik yang nyaman, kini berubah menjadi “neraka” bagi sebagian penumpang. Jalur-jalur bus tertentu telah dicap sebagai zona merah kriminal, tempat pencopet beraksi setiap hari tanpa henti. Kepadatan penumpang menjadi celah emas bagi para pelaku. Data harian menunjukkan selalu ada Korban Copet baru yang kehilangan barang berharga.
Modus operandi di dalam bus seringkali melibatkan tim kecil. Satu pelaku bertugas mengalihkan perhatian, sementara yang lain bertindak sebagai eksekutor yang merogoh saku atau tas korban. Mereka sangat lincah dan memanfaatkan situasi berdesak-desakan, terutama saat penumpang naik atau turun bus. Kejahatan ini sangat terorganisir dan meresahkan.
Beberapa rute bus di Ibu Kota, terutama yang melintasi kawasan padat dan terminal besar, menjadi langganan aksi pencopetan. Ironisnya, para pelaku ini seolah tak pernah kehabisan sasaran. Kebanyakan Korban Copet adalah pekerja harian atau pelajar yang membawa sedikit uang tunai atau ponsel. Kerugian yang dialami seringkali tidak sebanding dengan proses pelaporan.
Kesaksian dari para penumpang yang pernah menjadi korban menunjukkan betapa cepat dan profesionalnya aksi para copet ini. Mereka tidak menggunakan kekerasan fisik, melainkan kecepatan dan kecerdikan untuk mengambil dompet atau ponsel. Sering kali, penumpang di sebelah baru menyadari telah menjadi Korban Copet setelah pelaku berhasil menghilang.
Pihak operator bus dan kepolisian diminta segera bersinergi untuk mengatasi masalah kronis ini. Pemasangan CCTV yang berfungsi di dalam semua armada bus dan penempatan petugas keamanan berpakaian preman sangat mendesak untuk dilakukan. Pencegahan harus menjadi prioritas utama demi keselamatan penumpang.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan diri. Hindari menaruh dompet atau ponsel di saku yang mudah dijangkau, terutama saat berada di kerumunan bus yang padat. Selalu peluk tas di bagian depan tubuh Anda, dan jangan tertidur selama perjalanan di jalur-jalur yang dikenal rawan.
Penyelidikan mendalam terhadap kasus-kasus ini diharapkan dapat membongkar jaringan copet bus kota secara tuntas. Hukuman yang tegas harus diterapkan agar memberikan efek jera, sekaligus menghilangkan anggapan bahwa bus kota adalah tempat yang aman untuk melancarkan aksi kejahatan.
Jangan biarkan transportasi publik kita terus menjadi tempat di mana Korban Copet terus berjatuhan. Kesadaran kolektif dan tindakan nyata dari aparat adalah kunci untuk mengembalikan rasa aman di setiap perjalanan bus kota. Mari bersama-sama hentikan teror “Neraka di Bus Kota” ini.