Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia telah menjadi bencana musiman yang membawa serta kabut asap tebal yang melumpuhkan. Bencana ini tidak hanya menghancurkan ekosistem dan ekonomi, tetapi juga memicu Tragedi Kesehatan publik yang masif di wilayah terdampak, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Jutaan warga terpaksa menghirup udara yang dipenuhi partikel mikroskopis beracun (PM2.5), yang merusak paru-paru dan sistem pernapasan secara permanen.
Anak-anak dan bayi adalah kelompok yang paling rentan terhadap paparan asap. Sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sempurna membuat mereka mudah terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pneumonia, dan bronkitis. Peningkatan tajam kasus ISPA selama musim karhutla adalah indikasi paling nyata dari Tragedi Kesehatan yang sedang berlangsung, membutuhkan penanganan medis darurat berskala besar.
Dampak asap terhadap ibu hamil juga sangat mengkhawatirkan. Paparan polusi udara tinggi dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah. Kondisi ini secara langsung berkontribusi pada masalah stunting dan menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan, memperpanjang siklus dampak buruk dari bencana lingkungan.
Bencana kabut asap mengungkap ketimpangan akses terhadap layanan kesehatan. Masyarakat miskin di daerah terpencil kesulitan mendapatkan masker N95 yang memadai atau akses ke pusat kesehatan. Fasilitas kesehatan yang tersedia pun seringkali kewalahan menangani lonjakan pasien pernapasan, memperburuk Tragedi Kesehatan yang seharusnya dapat dicegah.
Selain penyakit fisik, kabut asap juga memicu dampak psikologis. Keterbatasan aktivitas luar ruangan dan kekhawatiran yang terus-menerus terhadap kesehatan memicu stres dan kecemasan di kalangan warga. Kondisi darurat yang berkepanjangan ini mengikis ketenangan hidup dan mengganggu rutinitas harian, termasuk kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Pemerintah perlu meningkatkan respons penanganan Tragedi Kesehatan ini secara struktural. Penguatan sistem rujukan kesehatan, penyediaan masker gratis yang berkualitas, dan pembangunan safe houses (rumah aman) dengan penjernih udara di wilayah terdampak harus menjadi prioritas utama selama musim asap.
Solusi jangka panjang memerlukan pencegahan yang efektif. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pembakaran lahan, restorasi lahan gambut yang rusak, dan pembangunan sumur bor untuk pembasahan lahan adalah kunci. Indonesia tidak bisa terus-menerus mengulang siklus bencana dan penderitaan ini tanpa tindakan pencegahan yang radikal.
Pada akhirnya, Tragedi Kesehatan akibat kabut asap adalah pengingat bahwa hak atas lingkungan yang sehat adalah hak asasi manusia fundamental. Investasi pada pencegahan karhutla adalah investasi terbaik untuk melindungi paru-paru dan masa depan generasi. Hanya dengan udara bersih, masyarakat dapat hidup dan tumbuh secara optimal.