Herd Mentality yang Mematikan: Bahaya Mengikuti Fomo dalam Saham

Herd Mentality adalah fenomena psikologis di mana investor cenderung mengikuti tindakan mayoritas, mengabaikan analisis dan riset mereka sendiri. Di pasar modal, ini sering diwujudkan dalam Fear of Missing Out (FOMO), yaitu ketakutan kehilangan peluang keuntungan saat melihat saham tertentu melonjak tajam. Mengikuti keramaian tanpa dasar yang kuat adalah salah satu penyebab utama kerugian investasi yang masif dan tidak rasional.

Bahaya terbesar dari Herd Mentality adalah membeli di puncak harga. Ketika sebuah saham naik secara parabolik, didorong oleh euforia dan pemberitaan yang masif, investor yang FOMO seringkali masuk pada harga yang sudah sangat mahal. Mereka mengabaikan valuasi fundamental dan hanya terfokus pada potensi kenaikan lebih lanjut, mengabaikan fakta bahwa sebagian besar potensi return sudah direalisasikan oleh pembeli awal.

Herd Mentality juga memicu aksi jual panik. Begitu harga saham yang dibeli di puncak mulai terkoreksi, investor yang didorong oleh FOMO akan menjadi yang pertama menjual karena takut kerugian membesar. Mereka terperangkap dalam siklus buy high, sell low yang merusak portofolio. Siklus ini diperkuat oleh Psikologi Pasar di mana emosi menular dengan cepat, mengubah koreksi kecil menjadi kehancuran harga.

Untuk menghindari Herd Mentality, investor harus menguatkan disiplin dan Batas Risiko pribadi. Keputusan investasi harus selalu didasarkan pada due diligence dan analisis fundamental yang mandiri, bukan pada chatter media sosial atau rekomendasi yang tidak jelas. Anda harus mampu menjawab: “Mengapa saya membeli saham ini, terlepas dari apa yang orang lain lakukan?”

Herd Mentality seringkali didorong oleh Jebakan Confirmation Bias. Investor yang FOMO secara aktif mencari informasi yang membenarkan keputusan mereka untuk membeli, mengabaikan sinyal teknikal seperti overbought (RSI tinggi) atau valuasi yang tidak realistis. Mereka mengabaikan pentingnya Analisis Sektor yang membandingkan saham yang diburu dengan rata-rata industri yang lebih objektif.

Salah satu cara efektif untuk melawan Herd Mentality adalah menunggu. Jika Anda melewatkan pergerakan awal, biarkan harga stabil dan amati apakah fundamental mendukung kenaikan tersebut. Jika tidak, peluang itu mungkin adalah bubble spekulatif. Investor yang sabar memiliki Waktu Terbaik untuk masuk setelah volatilitas awal mereda atau saat terjadi koreksi yang didukung oleh fundamental yang sehat.

Herd Mentality bukanlah Strategi Terbaik untuk kekayaan jangka panjang; ia adalah resep untuk volatilitas dan stres emosional. Strategi Diversifikasi dan investasi pada Growth Stock berkualitas, yang didukung oleh riset mendalam, jauh lebih unggul. Fokus pada nilai intrinsik perusahaan, bukan pada pergerakan harga yang didorong oleh kepanikan kolektif.

Kesimpulannya, dalam pasar saham, mengikuti keramaian adalah Ancaman Inflasi terbesar terhadap modal Anda. Mengatasi Herd Mentality dan FOMO membutuhkan disiplin emosional yang ketat, kepatuhan pada rencana yang telah ditetapkan, dan keberanian untuk berdiri sendiri. Investor yang rasional tahu bahwa pasar adalah alat untuk mentransfer kekayaan dari yang tidak sabar ke yang sabar. Sumber

Related Post