Ketiadaan pengawasan yang memadai dari orang tua atau lingkungan sekitar menjadi celah berbahaya bagi remaja untuk terlibat dalam aktivitas negatif, termasuk tawuran. Ketika bimbingan dan perhatian kurang, remaja cenderung mencari pengakuan atau kegembiraan di luar rumah. Ini menciptakan ruang di mana pengaruh buruk dan ajakan untuk terlibat dalam tindakan kekerasan lebih mudah masuk, menjerumuskan mereka ke jalur yang salah.
Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kurang peduli terhadap pergaulan anak dapat secara tidak sengaja menciptakan lingkungan di mana ketiadaan pengawasan menjadi norma. Mereka mungkin tidak menyadari siapa teman anak mereka, apa yang mereka lakukan di luar rumah, atau konten apa yang mereka akses di media sosial. Kurangnya interaksi dan komunikasi ini membuat remaja rentan terhadap pengaruh negatif dari luar.
Dalam kondisi ketiadaan pengawasan, remaja seringkali merasa bebas untuk melakukan apa pun tanpa konsekuensi langsung. Mereka mungkin mencoba-coba hal-hal yang dilarang, termasuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang mengorganisir tawuran. Perasaan “bebas” ini, tanpa batasan yang jelas, bisa berujung pada keputusan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Lingkungan sekitar, seperti komunitas atau RT/RW, juga berperan penting. Jika ketiadaan pengawasan terjadi di tingkat komunitas, misalnya kurangnya program positif untuk remaja atau minimnya interaksi antarwarga, maka risiko tawuran bisa meningkat. Remaja cenderung berkumpul di jalanan tanpa bimbingan yang tepat, mencari kesenangan dalam bentuk yang destruktif.
Dampak dari ketiadaan pengawasan ini sangat serius. Remaja tidak hanya berisiko menjadi pelaku tawuran, tetapi juga korban. Cedera fisik, masalah hukum, hingga putus sekolah adalah beberapa konsekuensi nyata. Lingkungan sosial juga terganggu oleh insiden tawuran, menciptakan rasa tidak aman di masyarakat.
Penting bagi orang tua untuk menyadari peran krusial mereka dalam pengawasan. Ini bukan berarti mengekang, melainkan membangun komunikasi terbuka dan memahami dunia anak remaja. Mengetahui teman pergaulan anak, kegiatan yang mereka ikuti, dan apa yang mereka rasakan adalah langkah awal untuk mengisi ketiadaan pengawasan.
Kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan komunitas juga sangat dibutuhkan. Program bimbingan, kegiatan ekstrakurikuler positif, dan pendampingan dari tokoh masyarakat dapat menjadi alternatif untuk mengarahkan energi remaja ke hal-hal yang bermanfaat. Mengisi ketiadaan pengawasan dengan kegiatan positif adalah investasi masa depan.